Kamis, 04 November 2010

Ancaman Bahaya Merapi Sampai 15 Kilometer

Ancaman Bahaya Merapi Sampai 15 Kilometer
Yogyakarta (ANTARA) - Radius tidak aman dari ancaman bahaya Gunung Merapi kini diperluas, yang semula sampai 10 kilometer menjadi 15 kilometer, menyusul aktivitas vulkaniknya yang masih tinggi terutama awan panas.
Itu artinya, berada dalam radius kurang dari 15 kilometer tidak lagi aman, termasuk untuk wilayah pengungsian. Apalagi, awan panas yang terjadi sejak pukul 18.02 WIB, Rabu, hingga pukul 22.55 WIB atau selama hampir lima jam belum berhenti.
Namun, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi menyebutkan awan panas ini sulit dipantau karena gunung tertutup kabut tebal, sehingga belum bisa dipastikan apakah awan panas guguran atau awan panas letusan.
PVMBG, melalui kepalanya, Surono, bahkan menyatakan ancaman dari aktivitas Gunung Merapi ke segala arah. "Ancaman material vulkanik Merapi kini ke segala arah, terutama selatan, tenggara, barat daya dan barat, serta timur," katanya.
Ia mengatakan pihaknya memutuskan untuk memperluas radius tidak aman menjadi 15 kilometer termasuk wilayah pengungsian, karena jarak luncur awan panas dilaporkan cukup jauh.
Awan panas yang terjadi sekitar pukul 14.44 WIB, Rabu, dilaporkan cukup besar, dengan durasi sekitar satu setengah jam. Jarak luncur awan panas ini sembilan kilometer dari puncak Merapi.


Menurut dia, perluasan radius aman tersebut cukup signifikan, mengingat jauhnya jarak luncur awan panas dari gunung berapi ini.
Pada erupsi eksplosif 26 Oktober 2010 jarak luncur awan panas terjauh 7,5 kilometer, dengan durasi sekitar 33 menit.
"Daripada kami terus menerus khawatir, maka perluasan radius tidak aman dilakukan, agar semuanya lebih pasti," katanya.
Ia mengatakan erupsi yang terjadi pada Rabu itu jauh lebih besar dibandingkan dengan erupsi eksplosif yang terjadi sepekan lalu.
"Kemarin, lava pijar sudah mulai muncul, dan itu merupakan pertanda yang baik. Tetapi pada kenyataannya justru kembali muncul awan panas yang jauh lebih besar. Ini menandakan bahwa energi yang tersimpan di Merapi jauh lebih besar dibanding erupsi 2006," ujarnya.
Surono mengatakan kemungkinan Merapi akan kembali mengalami erupsi juga masih cukup besar, karena energi yang tersimpan cukup besar.
Sementara itu, sekitar seribu pengungsi di tempat pengungsian Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Rabu siang berhamburan karena panik, setelah Merapi selama satu jam lebih mengeluarkan awan panas yang meluncur ke selatan.
Para pengungsi tersebut berhamburan meninggalkan barak pengungsian karena melihat gumpalan awan panas menuju ke arah barak Desa Kepuharjo. Pengungsi tersebut berhamburan tanpa terkoordinasi dan ada yang ke arah barat serta arah timur dengan meninggalkan kendaraan yang ada.
Menurut Sertu Saifudin dari Rumah Sakit DKT Yogyakarta yang bertugas di barak pengungsian Kepuharjo mengatakan selain para pengungsi aparat yang tugas di posko tersebut juga berhamburan.
"Anggota TNI maupun Polri yang bertugas juga berhamburan menyelamatkan diri, sampai saat ini kami belum tahu apakah ada pengungsi atau petugas yang menjadi korban, saya sendiri sudah turun jauh dari lokasi barak," katanya.
Icipi nasi bungkus
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat mengunjungi barak pengungsi letusan Gunung Merapi di Purwobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Rabu, mencicipi hidangan nasi bungkus yang disiapkan untuk pengungsi.
Presiden yang didampingi Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X dan Bupati Sleman Sri Purnomo saat meninjau dapur umum melihat ada tumpukan nasi bungkus yang disiapkan langsung mengambil satu dan mencicipinya.
Bahkan Presiden meminta porsi nasi bungskus yang disiapkan personel dari Detasemen Perbekalan dan Angkutan (Denbekang) Kodam IV Diponegoro di dapur umum tersebut untuk ditambah. "`Sampun eco` (sudah enak), namun saya minta nasinya ditambah sedikit lagi ya," kata Presiden.
Presiden dan Ibu Negara Ani Yudhoyono yang menyantap satu suap nasi bungkus dengan sayur tersebut kemudian melanjutkan peninjauan ke Balai Desa Purwobinangun, Pakem, dan bersekesempatan menyampaikan arahan untuk para perangkat desa.
Berdasarkan data di posko, jumlah pengungsi di Purwobinangun sekitar di 4.500 orang. Mereka menempati sekitar 12 kelas di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Tawangharjo dan beberapa tenda yang dibangun di tengah lapangan. Sebagian warga ditampung di Kantor Kepala Desa Purwobinangun yang terletak tepat di depan SDN Tawangharjo.
Ibu, orang lanjut usia, dan anak-anak menempati kelas-kelas, sedangkan pemuda dan bapak-bapak harus tidur di tenda-tenda. Di dalam kelas, pengungsi harus berbagi tempat dengan sekitar 80 orang.
Sementara itu, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan, pemerintah terus berusaha memenuhi kebutuhan para pengungsi korban bencana erupsi Gunung Merapi agar mereka tidak menderita selama di barak pengungsian.
"Kebutuhan dan kondisi para pengungsi menjadi perhatian utama pemerintah. Jika ada yang kurang, kami akan berusaha untuk memenuhinya," kata Sultan saat menyampaikan paparan di hadapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Posko Utama Penanggulangan Bencana Merapi, di Pakem, Sleman, DIY, Rabu.
Menurut dia, jumlah pengungsi Merapi yaNg tinggal di barak pengungsian 21.933 jiwa, yang merupakan warga kawasan rawan bencana III dan II. Mereka tersebar di sembilan barak pengungsian di tiga kecamatan, yakni Kecamatan Cangkringan, Pakem, dan Turi.
"Sembilan barak pengungsian itu adalah Umbulharjo, Wukirsari, Kepuharjo, Glagaharjo, Hargobinangun, Purwobinangun, Candibinangun, Girikerto, dan Wonokerto," katanya.
Ia mengatakan erupsi Merapi yang terjadi pada Selasa (26/11) sore mengakibatkan 39 orang meninggal dunia, 16 orang dirawat di rumah sakit, dan 40 orang rawat jalan.
Seluruh biaya perawatan bagi korban yang mengalami luka-luka akibat erupsi Merapi, menurut dia, akan ditanggung oleh pemerintah. "Erupsi Merapi juga mengakibatkan banyak rumah rusak, ratusan sapi mati, dan ribuan pohon salak rusak," katanya.
Saat berada di Posko Utama Penganggulangan Bencana Merapi, Presiden didampingi Ibu Negara Ani Susilo Bambang Yudhoyono, Menko Kesra Agung Laksono, dan sejumlah menteri.
Sebelum di posko utama, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan rombongan meninjau barak pengungsian Purwobinangun, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman.
Kunjungan wisatawan
Bencana letusan Gunung Merapi tidak mempengaruhi kunjungan wisatawan nusantara maupun mancanegara yang datang ke Yogyakarta.
"Sejauh ini dampak dari letusan Merapi tidak mempengaruhi kedatangan wisatawan mancanegara maupun nusantara yang datang ke Yogyakarta. Hal ini terlihat dari kondisi hunian sejumlah hotel di Yogyakarta masih normal serta bandara juga telah dibuka kembali dan semua berjalan normal," kata Ketua Dewan Pengurus Daerah Asosiasi Biro Perjalanan Indonesia (ASITA) Daerah Istimewa Yogyakarta, Edwin Ismedi Himna, di Yogyakarta, Rabu.
Ia mengatakan meski ada penurunan pada pengguna jasa perhotelan, tetapi penuruan tersebut tidak signifikan dan tidak berpengaruh. Pihaknya telah bekerjasama dengan instansi terkait untuk membantu menginformasikan kepada masyarakat baik luar negeri maupun dalam negeri, jika kondisi Yogyakarta dalam kondisi aman untuk dikunjungi.
"Kami bekerja sama dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) untuk turut mengiformasikan kondisi Yogyakarta dalam kondisi aman dari bencana Gunung Merapi," katanya.
Namun, katanya pihaknya terus siaga terhadap kondisi Gunung Merapi yakni dengan cara menutup sementara tur wisata yang berbau volkano, kata Edwin.
"Kami tetap siaga terkait kondisi Gunung Merapi saat ini, dengan menutup sejumlah paket tour perjalanan wisata yang arahnya menuju atau berdekatan dengan Gunung Merapi, seperti pendakian Gunung, wisata alam di sekitar lereng Merapi," katanya.
Ia berharap dengan kondisi Gunung Merapi yang demikian tidak membuat wisatawan menjadi takut atau segan berkunjung ke Yogyakarta.
Sementara itu, sebelumnya Manager Operasional PT. Angkasa Pura I, Bandara Internasional Adisutjipto Yogyakarta, Halendara YW, mengatakan jika akibat letusan Gunung Merapi tidak mempengaruhi kondisi wisatawan yang datang berkunjung ke Yogyakarta dan hal ini terlihat dari sejumlah wisatawan yang menggunakan jasa transpotasi udara di Bandara Adisutjipto.
Kota Yogyakarta merupakan alternatif berlibur bagi sejumlah wisatawan baik mancanegara maupun nusantara, justru ketika mendekati akhir pekan jumlah wisatawan yang datang ke Yogyakarta semakin bertambah.
"Pada awal pekan, yakni pada hari Senin, Selasa, Rabu jumlah penumpang pesawat baik pemberangkatan atau kedatangan berjumlah sekitar 4.600 hingga 4.800 penumpang. Sedangkan kalau akhir pekan yakni pada hari Kamis, Jumat, Sabtu dan Minggu jumlah penumpang bisa mencapai 5.000 sampai 6.000 penumpang," katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar